Jangan Merasa Sudah Cukup Dalam Melakukan Kebaikan, Karena Kita Tidak Tahu Amal Mana Yang Diterima Dan Dosa Apa Yang Diampuni
Seorang manusia yang mengaku sebagai hamba Allah memiliki beragam hal yang dapat dilakukan dalam kesehariannya. Ada yang statusnya wajib, sunnah ataupun yang statusnya boleh dilakukan atau yang biasa dikenal dengan istilah mubah.
Perkara-perkara yang wajib merupakan sebuah keharusan, amalan-amalan yang sunnah merupakan pelengkap, perbuatan yang mubah adalah penghias kehidupan manusia. Ketiga hal tersebut mencakup perkara-perkara yang sifatnya berhubungan dengan Allah (Hablun minallah) ataupun sifatnya berhubungan dengan manusia (Hablun minannas).
Sayangnya terkadang manusia lupa akan tugasnya. Hablun Minallah ia tak melaksanakannya, sementara Hablun Minannas pun ia tinggalkan. Ia terlalu sibuk dengan banyaknya kepentingan dan keinginan dirinya atas perhiasan dunia. Ia lupa akan amal-amal kebaikan yang sebenarnya adalah kebutuhannya, walau pun sekecil dzarroh.
Meskipun kecil, kebaikan tetaplah kebaikan
Tak jarang manusia membiarkan batu kecil atau kerikil yang menghalangi jalan saudaranya. Padahal barangkali, dengan memindahkan batu itu dari jalan, akan menjadi penyebab dimudahkannya jalannya ke surga.
Tak jarang manusia melihat dan mengacuhkan serangga kecil yang terjatuh ke air. Namun bisa jadi serangga itu akan menjadi penyebab dimudahkan segala urusan dunianya.
Tak jarang manusia tidak mendo’akan dan memaafkan saudaranya yang berbuat salah. Padahal bisa saja do’a dan perbuatan memaafkan itu akan menjadi penyebab turunya ampunan dan kasih sayang-Nya.
Tak jarang manusia memilih untuk membelanjakan hartanya demi keinginannya, bukan kebutuhannya. Namun barangkali pemenuhan kebutuhannya itu lebih menentramkan hati dan menjauhkannya dari kesengsaraan diri, keluarga, dan kerabatnya.
Tak jarang manusia menyembunyikan ilmu dari saudaranya, sementara ilmu adalah hujjah, syafa’at, dan tabungan kekal di hari akhirnya.
Tak jarang manusia menyembunyikan senyum simpulnya. Padahal bisa jadi senyumnya itu adalah penentram dan solusi bagi saudaranya.
Sungguh telah benar baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala beliau bersabda :
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Jangan sekali-kali engkau meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun (hanya) engkau bertemu dengan saudaramu dalam keadaan tersenyum” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, tahanlah hati kita dari meremehkan kebaikan sekecil apapun , dan tahanlah lisan dan tangan kita dari berbuat maksiat sekecil apapun maksiatnya. Mari kita berbuat kebaikan meskipun kecil karena kita tidak tahu amalan mana yang akan memudahkan jalan kita menuju surga.
Semoga kebaikan-kebaikan kecil yang kita lakukan bisa menjadi sedekah dan tameng bagi kita, sebagai hamba Allah yang berserah diri.
Perkara-perkara yang wajib merupakan sebuah keharusan, amalan-amalan yang sunnah merupakan pelengkap, perbuatan yang mubah adalah penghias kehidupan manusia. Ketiga hal tersebut mencakup perkara-perkara yang sifatnya berhubungan dengan Allah (Hablun minallah) ataupun sifatnya berhubungan dengan manusia (Hablun minannas).
Sayangnya terkadang manusia lupa akan tugasnya. Hablun Minallah ia tak melaksanakannya, sementara Hablun Minannas pun ia tinggalkan. Ia terlalu sibuk dengan banyaknya kepentingan dan keinginan dirinya atas perhiasan dunia. Ia lupa akan amal-amal kebaikan yang sebenarnya adalah kebutuhannya, walau pun sekecil dzarroh.
Meskipun kecil, kebaikan tetaplah kebaikan
Tak jarang manusia membiarkan batu kecil atau kerikil yang menghalangi jalan saudaranya. Padahal barangkali, dengan memindahkan batu itu dari jalan, akan menjadi penyebab dimudahkannya jalannya ke surga.
Tak jarang manusia melihat dan mengacuhkan serangga kecil yang terjatuh ke air. Namun bisa jadi serangga itu akan menjadi penyebab dimudahkan segala urusan dunianya.
Tak jarang manusia tidak mendo’akan dan memaafkan saudaranya yang berbuat salah. Padahal bisa saja do’a dan perbuatan memaafkan itu akan menjadi penyebab turunya ampunan dan kasih sayang-Nya.
Tak jarang manusia memilih untuk membelanjakan hartanya demi keinginannya, bukan kebutuhannya. Namun barangkali pemenuhan kebutuhannya itu lebih menentramkan hati dan menjauhkannya dari kesengsaraan diri, keluarga, dan kerabatnya.
Tak jarang manusia menyembunyikan ilmu dari saudaranya, sementara ilmu adalah hujjah, syafa’at, dan tabungan kekal di hari akhirnya.
Tak jarang manusia menyembunyikan senyum simpulnya. Padahal bisa jadi senyumnya itu adalah penentram dan solusi bagi saudaranya.
Sungguh telah benar baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala beliau bersabda :
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Jangan sekali-kali engkau meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun (hanya) engkau bertemu dengan saudaramu dalam keadaan tersenyum” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, tahanlah hati kita dari meremehkan kebaikan sekecil apapun , dan tahanlah lisan dan tangan kita dari berbuat maksiat sekecil apapun maksiatnya. Mari kita berbuat kebaikan meskipun kecil karena kita tidak tahu amalan mana yang akan memudahkan jalan kita menuju surga.
Semoga kebaikan-kebaikan kecil yang kita lakukan bisa menjadi sedekah dan tameng bagi kita, sebagai hamba Allah yang berserah diri.
0 Response to "Jangan Merasa Sudah Cukup Dalam Melakukan Kebaikan, Karena Kita Tidak Tahu Amal Mana Yang Diterima Dan Dosa Apa Yang Diampuni"
Posting Komentar